Jauh dari sanak saudara atau teman bahkan kekasih dalam kehidupan kita sungguh merana dan sakit sekali rasanya. Hal hal indah yang sering kita lakukan, walaupun bertengkar akan terasa indah di kenangan kita. Sahabat anehdidunia.com mungkin itulah yang kita rasakan jika kangen seseorang karena berjauhan tempat tinggal. Sahabat anehdidunia.com berbeda dengan hal tersebut diatas, beberapa kisah dibawah ini mereka terpisah dari keluarganya karena hal yang tidak disengaja. Mereka terdampar di lautan tanpa ada seorangpun yang bisa menolong. Bayangkan terkatung katung di tengah samudra dengan waktu yang lama tanpa saudara bahkan kekasih. Untuk mengetahui kisah mereka dan bagaimana mereka bisa hidup,
Troy Driscoll Dan Josh Long
Troy Driscoll (15) dan sahabatnya Josh Long (17) memutuskan untuk pergi dengan kapal untuk memancing ikan di perairan Carolina Utara. Mereka berangkat tanpa memperhatikan peringatan bendera akan gelombang tinggi yang dipasang di pantai. Belum berapa lama melaut, gelombang tinggi menyeret kapal mereka jauh ke tengah. Bahkan ketika mereka berusaha mendayung sekuat tenaga, mereka malah semakin terseret menjauh. Keduanya akhirnya harus bertahan di dalam kapal kecil tanpa bekal air, makanan atau peralatan lain selain alat pancing. Mereka tak punya petunjuk arah, dan tersesat tanpa harus tahu ke mana mereka pergi.
Di mana-mana mereka hanya melihat air dan sinar matahari. Selama enam hari mereka terjemur sinar matahari, tidak minum dan mereka juga tak berani masuk ke dalam air karena takut ancaman ikan hiu. Mereka hanya bertahan dengan berburu ubur-ubur sebagai makanan. Pada hari ke enam, setelah mengirimkan pesan lewat botol kepada keluarganya, tim penyelamat datang. Mereka dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi luka bakar sinar matahari yang parah dan dehidrasi. Kondisi mereka sangat mengenaskan, bahkan dokter mengatakan, mereka bisa saja tak akan bertahan hidup bila pertolongan tak segera datang.
Kisah Amanda Thorns Dan Dennis White
Sahabat anehdidunia.com Amanda Thorns (25), ayahnya Willie (64) dan sahabat ayahnya Dennis White (64) memutuskan berlayar ke Cape Cod 6 November 2012 silam. Amanda seringkali berlayar dengan ayahnya di daerah tersebut, namun kali ini ia berinisiatif untuk bergerak ke laut yang lebih dalam dan menuju Bermuda. Sekitar jam 12 siang, mendadak gelombang tinggi datang disertai badai. Mereka akhirnya bertahan dengan menurunkan jangkar, berharap bahwa kapal mereka bisa selamat. Selama empat hari, badai tak kunjung berhenti. Sang kapten, Willie, keluar ke dek untuk mencoba melakukan sesuatu selagi anaknya, Amanda tidur. Tak disangka, gelombang besar menghempas dan membuat tubuhnya jatuh terlilit tali. Tiang kapalpun terhempas jatuh ke laut.
Dennis dan Amanda berusaha kembali menolong ayahnya, namun hasilnya nihil. Ayahnya hilang terbawa gelombang laut yang ganas bak monster. Mereka kemudian berusaha menunggu badai mereda dan menaikkan jangkar, berlayar kembali dan berharap ada pertolongan. Beberapa kali mereka berusaha mencari pertolongan, namun tak ada yang menjawabnya. Sedikit demi sedikit perahu bergerak tak tentu arah. 10 hari setelah badai merenggut ayahnya, Amanda menembakkan pistol suar. Kali ini sebuah tanker besar melihat tanda permintaan pertolongan mereka. 21 November, mereka berhasil sampai di Bermuda, dalam kondisi berduka atas kematian ayahnya, namun masih bersyukur karena mereka berhasil selamat.
Terombang Ambing Memakai Icebox
23 Agustus 2012 silam, sebuah perahu nelayan asal Thailand membawa 20 orang penumpang di dalamnya. Mendadak kapal tersebut pecah dan mulai tenggelam. Sebagian besar penumpangnya dipaksa berpisah dengan kemungkinan tak akan pernah bertemu lagi. Dua orang berhasil masuk ke icebox, kotak yang biasa mereka gunakan untuk menyimpan ikan, ketika perahu mereka tenggelam. Icebox tersebut mengapung dan membawa mereka mereka pergi entah ke mana.
Beruntunglah saat itu angin muson membawa mereka berlayar. Disertai hujan yang memberikan mereka air segar untuk minum setiap hari. Mereka mengapung berbekalkan ikan segar yang tersisa di dalam icebox, dan itulah yang mereka gunakan untuk makan selama terapung di laut hingga 17 Januari 2013. Mereka beruntung karena sebuah tim yang sedang berpatroli dan menemukan mereka. Keduanya segera diberi pertolongan karena mengalami dehidrasi, kelaparan serta luka bakar sinar matahari yang sangat parah.
Kisah Terapung 3 Pemuda Pulau Fiji
Samu Perez (15), Filo Filo (15) dan Edward Nasau (14) pergi berlayar dari ke Atafu Atoll ke rumah. Namun perahu kecil mereka tersesat tersapu oleh arus kuat. Mereka diperkirakan tewas setelah dalam radius 1000 km persegi tim SAR mencari keberadaan mereka. Orang tua, bersama 500 keluarga dan teman-teman mereka berkabung dan mengadakan upacara peringatan kematian untuk mereka. Sementara itu, ketiganya malah terapung di lautan luas. Bertahan dengan mengandalkan ikan mentah, dan camar yang mendarat di kapal mereka.
Mereka juga menadah air hujan melalui terpal perahu. Sayangnya, hujan tidak datang setiap hari, dan dua hari sebelum mereka ditemukan, mereka terpaksa minum air laut. Kondisi mereka sangat mengenaskan, dehidrasi parah, kelaparan dan luka bakar akibat sinar matahari di seluruh tubuh. Mereka ditemukan terapung di atas 1600 km Atol Fiji. Dalam 50 hari terapung, mereka benar-benar berusaha keras untuk hidup. Keluarga mereka menyambut mereka dengan gembira dan rasa syukur, karena tak pernah membayangkan mereka akan selamat.
Kisah Steven Callahan
Steven Callahan adalah seorang anggota angkatan laut yang berencana berlayar dari kepulauan Canary melintasi samudera Atlantik ke Bahama. Ia berlayar dengan perahu pribadinya. Seminggu dalam perjalanan, perahunya rusak parah karena cuaca buruk dan sesuatu yang tidak diketahui (diduga ikan paus). Ia terpaksa meninggalkan kapal dan berhasil menyelamatkan diri dengan persediaan darurat berupa rakit penyelamat, kantong tidur, makanan, jatah air, grafik navigasi, speargun dan sebuah flare serta stills solar (alat kondensasi air laut menjadi air minum segar). Ia memanfaatkan semua perbekalan yang dimiliki, memancing dengan menggunakan tangan dan tombak dan mengonsumsi ikan mahi-mahi, ikan harimau serta ikan terbang.
Ia menggunakan stills solar untuk mendapatkan air segar setelah bekal airnya habis. Suatu hari, ketika ia mencoba memancing dengan tombak, ikan yang ia pancing kabur dan tombang justru mengenai rakitnya. Tabung karet di bawah rakit robek dan menyisakan lubang besar. Mustahil rakitnya dapat berdiri seperti semula. Sahabat anehdidunia.com Steven mencoba memperbaiki dengan peralatan seadanya. Dan pada hari 76, ia melihat daratan pertama kalinya. Diselamatkan oleh nelayan, ia kemudian dibawa ke rumah sakit setempat. Ia menghabiskan waktu sebulan untuk memulihkan kondisinya, dan menumpang kapal melalui Hindia barat.
Kisah Jose Salvador Alvarenga
Sahabat anehdidunia.com seorang pria yang selamat setelah terdampar di laut selama 438 hari terpaksa berbicara dengan jasad temannya, untuk melawan kesepian yang menyiksa yang dialaminya. Pada Januari 2014, Jose Salvador Alvarenga, seorang nelayan dari El Salvador, terdampar di sebuah pulau terpencil di Samudera Pasifik. Dia terseret ombak setidaknya 5.500 mil setelah badai menghantam perahu yang dinaikinya. Ditemukan dalam keadaan basah kuyup, sangat kurus, penuh luka dan berjenggot lebat, Alvarenga selamat setelah bertahan hidup selama 14 bulan. Namun, temannya Ezequiel Cordoba meninggal setelah dua bulan hidup hanya mengandalkan pada air hujan, burung dan kura-kura.
Alvarenga kemudian menceritakan kembali pengalamannya terdampar dan bertahan hidup di laut tersebut kepada Jonathan Franklin yang menulis tentang dirinya berjudul 438 Days. Menurut Alvarenga, kesehatan Cordoba mulai menurun drastis setelah sakit akibat minum urine sendiri, makan daging mentah dan mulai menolak makanan. Menggambarkan kepanikan yang dialami ketika menyadari temannya itu sedang sekarat, Alvarenga berteriak: "Jangan tinggalkan aku sendiri! Kamu harus berjuang untuk hidup! Apa yang akan aku lakukan di sini sendirian?" Setelah kematian Cordoba, Alvarenga mulai berbicara dengan jasad temannya itu untuk membunuh kesepian yang melandanya.
Alvarenga menuturkan bagaimana dia menanyakan berbagai hal kepada jasad Cordoba dan menjawabnya sendiri. Lama-lama apa yang dia lakukan itu meningkat menjadi halusinasi, sampai Alvarenga baru menyadarinya enam hari kemudian bahwa ia telah berbicara dengan mayat Cordoba. Perahu Alvarenga yang terdampar di pulau terpencil bernama Ebon Atol ditemukan oleh nelayan yang melintas. Kisahnya menarik perhatian internasional dan banyak yang takjub bagaimana dia bisa melarikan diri dari kematian setelah kekurangan makanan satu tahun lebih.
No comments:
Post a Comment